Kamis, 03 Juli 2008

Stop Pleonasme!

Submitted by team e-penulis on Sen, 27/03/2006 - 11:00am.

Penulis : J.S. Badudu

Pleonasme ialah sifat berlebih-lebihan. Konkretnya, kalau Anda menggunakan dua kata yang sama arti sekaligus, tetapi sebenarnya tidak perlu, baik untuk penegas arti maupun hanya sebagai gaya, itulah pleonasme. Misalnya, "Kedua anak itu saling berpukul- pukulan." Kata ´saling´ mengandung makna perbuatan yang dilakukan secara berbatasan antara dua orang. Sedangkan bentuk kata ulang dengan afiks ´ber-an´ seperti berpukul-pukulan juga menyatakan arti yang sama dengan kata ´saling´ itu.

Saya ingin mengemukakan contoh pemakaian bahasa yang bersifat pleonasme yang saya kutip dari sebuah surat kabar ibu kota.
"Tindakan UEFA yang menjatuhkan larangan bagi Totti pasti gara- gara tindakan itu dianggap penghinaan dan pelecehan, serta dianggap bakal berbuntut tidak sedap kalau dibiarkan berlarut- larut. Sebab, tidak mustahil kalau cuah-cuahan itu dibiarkan, nanti antarpemain itu akan baku ludah meludah, lalu buntut- buntutnya baku pukul, lalu semuanya baku hantam dan baku kacau."

Perhatikan kata yang dicetak tebal dalam kutipan di atas. Kata ´baku´ itu diambil dari bahasa Melayu dialek Manado yang sama artinya dengan kata bahasa Indonesia ´saling´, yaitu mengandung arti ´berbalasan´. Jadi, kalau bentuk ulang seperti ludah-meludah dipakai sekaligus bersama-sama dengan kata baku itu sudah terjadi pleonasme. Selain itu, penggunaan bentuk ´baku pukul´ dan ´baku hantam´ dalam kutipan itu benar, tetapi bentuk ´baku kacau´ tidak benar. Mengapa? Kata ´baku´ digunakan di depan kata kerja untuk menyatakan perbuatan yang mengandung arti berbalasan, sama dengan penggunaan afiks ´ber- an´ dalam bahasa Indonesia. Sedangkan kata ´kacau´ bukan kata kerja, melainkan kata sifat. Anda dapat menggunakan bentuk baku ´tarik´ ´bertarik-tarikan´, tetapi Anda tidak dapat mengatakan ´baku besar´, ´baku banyak´ sebab ´besar´ dan ´banyak´ itu adalah kata sifat. Jadi, penggunaan kata baku kacau itu tidak berterima.

Dalam bahasa Melayu Manado, ada pemakaian khusus yang mengandung arti tertentu seperti ´bakuambe´ (bakuambil) yang artinya berbantah- bantahan, bertengkar; ´bakubawa´, artinya pergi bersama-sama, ´bakusayang´, artinya saling menyayangi, saling mengasihi, ´bakutukar´, artinya bertukar atau tertukar, ´bakudapa´, artinya bertemu, berjumpa. Masih ada kata lain, ´bakutununjuk´, artinya menunjuk, ´bakutampeleng´, artinya saling menampar, ´bakubinci´, artinya saling membenci, ´bakupolungku´, artinya bertinju (polungku = tinju), ´bakupigi´, artinya saling mengunjungi.

Kata ´baku´ yang dipungut atau diserap dari dialek Manado itu belum menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia. Kata ´saling´ dan bentuk perulangan dengan ´ber-an´ masih lebih banyak digunakan dalam bahasa Indonesia sebagai bentuk baku. Yang salah, seperti biasanya kita baca dalam surat-surat kabar, penggunaan kata ´saling´ dan ´baku´ sekaligus: saling baku pukul, saling baku hantam. Di sini terjadi pleonasme lagi. Yang benar ialah saling memukul atau baku pukul, saling menghantam atau baku hantam. Atau memakai bentuk lain dengan ´ber-an´: berpukul-pukulan, berhantam-hantaman.

Harus diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua kata baku yang berlainan asalnya dan berlainan pula artinya. Yang pertama ialah kata baku yang baru saja kita bicarakan. Yang kedua adalah kata baku yang diserap dari bahasa Jawa yang berarti ´pokok´ atau ´utama´. Misalnya, bahasa Indonesia baku atau bahan baku.

Mudah-mudahan, dengan uraian singkat di atas menjadi jelas bagi Anda mengenai penggunaan kedua kata yang sering tidak digunakan secara tepat. Perhatikan pula, jangan menggunakan kata saling sekaligus dengan bentuk perulangan berimbuhan ´ber-an´ seperti saling hormat- menghormati. Cukup ´saling menghormati´ atau ´hormat-menghormati´saja.

Bahan dikutip dari sumber:
Judul Majalah : Intisari Edisi September 2004
Judul Artikel : Stop Pleonasme!
Penulis : J.S. Badudu
Halaman : 152 - 154

Tidak ada komentar: